Jumaat, 3 Januari 2014

Penyakit ‘Ain Dan Cara Rawatannya(Siri Pertama)

Di dalam Fath al-Bari, Al-hafiz Ibn Hajar berkata : “Penyakit ‘ain adalah pandangan mata yang disertai pujian bersekali diiringi kedengkian lantaran memiliki tabiat jahat dan mengakibatkan orang yang dilihat mengalami kemudaratan.”

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا

Dari Ibnu Abbas ra, Nabi saw bersabda : “Penyakit ‘Ain  itu benar-benar adanya, Jika seandainya ada sesuatu yang boleh mendahului qodar/takdir ,tentulah ia adalah penyakit ‘ain.Jika kamu diminta untuk mandi(untuk mengubat penyakit ‘ain) maka mandilah.  (hadith  riwayat  Muslim, hadith yang hampir sama juga di riwayatkan di dalam Shahih al-Bukhari )

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,Rasululloh saw bersabda :Mintalah kamu perlindungan kepada Allah dari penyakit ‘ain karena sesungguhnya ‘ain itu adalah benar (Hadith Riwayat Ibnu Majah)

Di dalam hadith yang lain Nabi saw bersabda:

 “ Kebanyakan umatku meninggal dunia yang sememangnya merupakan qadak dan qadar Allah adalah disebabkan oleh penyakit ‘ain.”      (Hadith ini disebut oleh al-Haitsami di dalam Majma’ al-Zawa’id 5/160 daripada Jabir bin Abdullah(r.a) dan berkata:”Hadith ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dan perawainya adalah perawi soheh selain Thabib bin Habib bin ‘Amar.Beliau adalah seorang thiqah.” Hadith ini disohehkan oleh al-Hafiz Ibn Hajar)

Dari Amir bin Robi’ah ra :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Rasullulloh saw bersabda : “Jika seorang dari kamu melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ‘ain itu adalah benar”. (HR Ahmad).

  
Penyakit ‘Ain berkemungkinan terjadi meskipun tanpa disengajakan oleh pelakunya

Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan bahwa terkadang seseorang boleh mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri.

Lupa dan tidak bersyukur pada Allah swt serta melihat kebun dengan takjub akan keindahannya menjadi asbab kemusnahan kebun berkenaan

39. Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan, "Maasya Allah, laa quwwata illaa billaah” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud, tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu
40. Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini); dan Dia mengirimkan petir dari langit ke kebunmu; sehingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin.

                                                                                                                        surat Al-Kahfi ayat 39-40.

Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan :”Ketika engkau masuk suatu kebun dan kau merasa takjub akan keindahannya,mengapa engkau tidak memuji Allah atas nikmat yang telah diberikan kepadamu seperti nikmat harta dan anak keturunan yang tidak diberikan kepada selain engkau dan mengapa kamu tidak mengucapkan masya’Allah la quwwata illa billah. Ayat 39 surah Al-Kahfi sering saya gunakan di dalam ruqyah bagi penyakit ‘ain yang tidak diketahui puncanya. Ditiup ke dalam air untuk tujuan minum dan mandi.

Namun terkadang pengaruh buruk ain terjadi tanpa disengajakan dari orang yang memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu kesan buruk pandangan mata ini juga boleh terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang soleh sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya. Hal ini pernah terjadi kepada para sahabat Nabi saw, padahal hati mereka terkenal bersih,tidak ada rasa irihati atau dengki terhadap sesamanya.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ أَنَّهُ قَالَرَأَى عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ يَغْتَسِلُ فَقَالَ مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلَا جِلْدَ مُخْبَأَةٍ فَلُبِطَ سَهْلٌ فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامِرًا فَتَغَيَّظَ عَلَيْهِ وَقَالَ عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ أَلَّا بَرَّكْتَ اغْتَسِلْ لَهُ فَغَسَلَ عَامِرٌ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ وَمِرْفَقَيْهِ وَرُكْبَتَيْهِ وَأَطْرَافَ رِجْلَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ فِي قَدَحٍ ثُمَّ صُبَّ عَلَيْهِ فَرَاحَ مَعَ النَّاسِ

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dia berkata bahwa Amir bin Robi’ah melihat Sahl bin Hunaif sedang mandi, lalu berkatalah Amir : ‘Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang secantik  ini” Maka jatuh sakitlah Sahl. Kemudian Rasulullah saw mendatangi Amir. Dengan marah beliau berkata :”Atas dasar apa kamu mahu membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang kau lihat)? Mandilah untuknya.Maka Amir mandi dengan menggunakan satu bekas air, dia mencuci wajahnya,dua tangan,kedua siku,kedua lutut,ujung-ujung kakinya,dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu dituangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia.
(HR Malik dalam Al-Muwaththo 2/938, Ibnu Majah 3509, disohehkan oleh Ibnu Hibban 1424. Sanadnya soheh,para perawinya terpercaya,lihad Zadul Ma’ad tahqiq Syu’aib al-Arnauth dan Abdul Qadir al-Arnauth 4/150 cetakan tahun 1424 H)

Hadith ini menjelaskan penyakit ‘ain dan juga kaedah rawatannya. Jika diketahui pemilik pandangan yang menyebabkan penyakit itu, maka diminta sipenyebab mengambil wuduk. Air wuduk tadi dijadikan mandian kepada orang yang terkena ‘ain.

Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada dua jenis :’ain insi (‘ain berunsur manusia) dan ‘ain jinni (‘ain berunsur jin).

Diriwayatkan dengan shahih dari Ummu Salamah bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam. Beliau berkata,”Ruqyah wanita ini, ia terkena ‘ain.
(Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim,Al-Hakim,Abu Nu’aim dan Al-Isma’ili dalam Mustakhroj-nya serta Ath-Thobroni)

Al-Husain bin Mas’ud Al-Farro berkata :Adapun sabda beliau “sa’fatun(kusam) bermakna “Nadzrotun” (terkena ‘ain dari unsur jin).


Bersambung insha Allah


Tiada ulasan :

Catat Ulasan