Di
dalam Fath al-Bari, Al-hafiz Ibn Hajar berkata : “Penyakit ‘ain adalah
pandangan mata yang disertai pujian bersekali diiringi kedengkian lantaran
memiliki tabiat jahat dan mengakibatkan orang yang dilihat mengalami kemudaratan.”
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ
الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا
Dari Ibnu Abbas ra, Nabi saw bersabda
: “Penyakit ‘Ain itu benar-benar adanya,
Jika seandainya ada sesuatu yang boleh mendahului qodar/takdir ,tentulah ia
adalah penyakit ‘ain.Jika kamu diminta untuk mandi(untuk mengubat penyakit ‘ain)
maka mandilah. (hadith riwayat Muslim, hadith yang hampir sama juga di
riwayatkan di dalam Shahih al-Bukhari )
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ
فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,Rasululloh saw bersabda :Mintalah kamu perlindungan kepada
Allah dari penyakit ‘ain karena sesungguhnya ‘ain itu adalah benar (Hadith
Riwayat Ibnu Majah)
Di dalam hadith yang lain Nabi saw bersabda:
“ Kebanyakan umatku meninggal dunia yang sememangnya
merupakan qadak dan qadar Allah adalah disebabkan oleh penyakit ‘ain.” (Hadith
ini disebut oleh al-Haitsami di dalam Majma’ al-Zawa’id 5/160 daripada Jabir
bin Abdullah(r.a) dan berkata:”Hadith ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dan
perawainya adalah perawi soheh selain Thabib bin Habib bin ‘Amar.Beliau adalah
seorang thiqah.” Hadith ini disohehkan oleh al-Hafiz Ibn Hajar)
Dari Amir
bin Robi’ah ra :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا
يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Rasullulloh saw bersabda : “Jika seorang dari kamu melihat sesuatu
yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada hartanya, maka doakan
keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ‘ain itu adalah benar”. (HR
Ahmad).
Penyakit ‘Ain berkemungkinan terjadi meskipun tanpa disengajakan
oleh pelakunya
Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan bahwa terkadang seseorang
boleh mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri.
Lupa dan tidak bersyukur pada Allah swt serta melihat kebun dengan
takjub akan keindahannya menjadi asbab kemusnahan kebun berkenaan
39. Dan mengapa ketika engkau
memasuki kebunmu tidak mengucapkan, "Maasya Allah, laa quwwata illaa
billaah” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud, tidak ada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah). Sekalipun engkau anggap harta dan
keturunanku lebih sedikit daripadamu
40. Maka mudah-mudahan Tuhanku,
akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini); dan Dia
mengirimkan petir dari langit ke kebunmu; sehingga (kebun itu) menjadi tanah
yang licin.
surat Al-Kahfi
ayat 39-40.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan
:”Ketika engkau masuk suatu kebun dan kau merasa takjub akan keindahannya,mengapa
engkau tidak memuji Allah atas nikmat yang telah diberikan kepadamu seperti
nikmat harta dan anak keturunan yang tidak diberikan kepada selain engkau dan
mengapa kamu tidak mengucapkan masya’Allah la quwwata illa billah.
Ayat 39 surah Al-Kahfi sering saya gunakan di dalam ruqyah bagi penyakit ‘ain
yang tidak diketahui puncanya. Ditiup ke dalam air untuk tujuan minum dan
mandi.
Namun terkadang pengaruh buruk ain terjadi tanpa disengajakan dari
orang yang memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu
kesan buruk pandangan mata ini juga boleh terjadi dari orang yang hatinya
bersih atau orang-orang yang soleh sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain
kepada apa yang dilihatnya. Hal ini pernah terjadi kepada para sahabat Nabi saw, padahal hati mereka terkenal
bersih,tidak ada rasa irihati atau dengki terhadap sesamanya.
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ أَنَّهُ قَالَرَأَى
عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ يَغْتَسِلُ فَقَالَ مَا رَأَيْتُ
كَالْيَوْمِ وَلَا جِلْدَ مُخْبَأَةٍ فَلُبِطَ سَهْلٌ فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامِرًا فَتَغَيَّظَ عَلَيْهِ وَقَالَ عَلَامَ
يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ أَلَّا بَرَّكْتَ اغْتَسِلْ لَهُ فَغَسَلَ عَامِرٌ
وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ وَمِرْفَقَيْهِ وَرُكْبَتَيْهِ وَأَطْرَافَ رِجْلَيْهِ
وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ فِي قَدَحٍ ثُمَّ صُبَّ عَلَيْهِ فَرَاحَ مَعَ النَّاسِ
Dari Abu Umamah bin Sahl bin
Hunaif, dia berkata bahwa Amir bin Robi’ah melihat Sahl bin Hunaif sedang
mandi, lalu berkatalah Amir : ‘Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti
hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang secantik ini” Maka jatuh sakitlah Sahl. Kemudian Rasulullah
saw mendatangi Amir. Dengan marah beliau berkata :”Atas dasar apa kamu mahu
membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang
kau lihat)? Mandilah untuknya.Maka Amir mandi dengan menggunakan satu bekas
air, dia mencuci wajahnya,dua tangan,kedua siku,kedua lutut,ujung-ujung
kakinya,dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu dituangkan
kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia.
(HR Malik dalam Al-Muwaththo 2/938, Ibnu Majah 3509, disohehkan oleh
Ibnu Hibban 1424. Sanadnya soheh,para perawinya terpercaya,lihad Zadul Ma’ad
tahqiq Syu’aib al-Arnauth dan Abdul Qadir al-Arnauth 4/150 cetakan tahun 1424 H)
Hadith ini menjelaskan penyakit ‘ain dan juga kaedah rawatannya.
Jika diketahui pemilik pandangan yang menyebabkan penyakit itu, maka diminta
sipenyebab mengambil wuduk. Air wuduk tadi dijadikan mandian kepada orang yang
terkena ‘ain.
Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada dua
jenis :’ain insi (‘ain berunsur manusia) dan ‘ain jinni (‘ain berunsur jin).
Diriwayatkan dengan shahih dari Ummu Salamah bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam pernah melihat seorang budak wanita di
rumahnya yang wajahnya terlihat kusam. Beliau berkata,”Ruqyah wanita ini, ia
terkena ‘ain.
(Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim,Al-Hakim,Abu Nu’aim dan
Al-Isma’ili dalam Mustakhroj-nya serta Ath-Thobroni)
Al-Husain bin Mas’ud Al-Farro berkata :Adapun sabda beliau
“sa’fatun(kusam) bermakna “Nadzrotun” (terkena ‘ain dari unsur jin).
Bersambung insha Allah
Tiada ulasan :
Catat Ulasan